Minggu, 30 Mei 2010

Manohara dan Siti Hajar




Hingga
saat ini seakan tiada habis-habisnya informasi tentang Manohara terus diberitakan membanjiri layar kaca dan lembaran-lembaran koran, majalah maupun tabloid, dalam suguhan terkini ataupun kilas balik sang model yang dipersunting putra raja Kelantan. Para pemburu berita Manohara seakan seperti meminum air laut, semakin diminum semakin haus. Jadilah terasa kabar wanita cantik dengan tubuh putih mulus semlohai ini lebih populer dibanding berita jatuhnya pesawat Indonesia yang sudah uzur atau kurang gizi, penganiayaan terhadap TKW, Prita dan Omni, persoalan Ambalat atau bahkan mungkin saja telah mengalahkan hingar bingarnya berita pesta demokrasi pemilihan Presiden RI.

Manohara bagaikan sebuah magnet berkekuatan besar, terbukti kisahnya telah mampu menyedot jutaan pasang mata hingga tawaran akting dengan bayaran jutaan bahkan miliaran rupiah special baginya sudah di ambang pintu. Sudah tidak dapat dapat dihitung lagi berapa banyak production house yang menawarkan kerja sama dan sudah saling sikut. MD Entertainment yang telah menelurkan banyak artis papan atas, termasuk dalam antrian melamar wanita yang terlihat bongsor ini, (terlihat lebih tua dari umurnya).

Bila ditengok ke belakang, siapa yang dapat menyangka di balik kemewahan dan kehidupan yang serba wah! Di istana Kelantan bersama putra raja yang wajahnya innocent namun katanya memiliki kelainan sex yang cukup parah, Manohara menyimpan pedih luka yang dalam di balik senyumnya menemani aktivitas tengku Fahri.

Belum habis prahara rumah tangga antara Mano dan Fahri, dengan sewenang-wenang hidung Siti Hajar dimartil Michelle majikan Siti di Malaysia. Belum puas membuat remuk hidung Siti, disiram lagi wajah dan tubuh pahlawan devisa ini dengan air panas, maka tamatlah wajah cantiknya.

Penganiayaan juga dialami Manohara dengan pelaku utama adalah Fahri suaminya. Tubuh Manohara menjadi ajang sayatan silet, yang entah penyakit atau kelainan jenis apa yang diidap putra raja Kelantan itu.

Antara Mano dan Siti ada dua nasib yang sama yakni sama-sama dianiaya di Malaysia sana, hanya saja frekuensi kerugian, kepedihan dan masa depan sudah pasti berbeda. Penulis berani menuliskan hal tersebut, sebab semua bisa melihat dan menilai betapa kerusakan fisik terutama pada wajah Siti Hajar sangat memprihatinkan. Penulis tidak dapat melukiskan bagaimana suasana perihnya hati kedua anak Siti Hajar beserta saudaranya yang lain di Garut yang sejuk. Terlepas dari semua itu, berbagai kasus yang menimpa anak bangsa di negeri jiran, sesungguhnya merupakan pertaruhan harga diri, termasuk di dalamnya persoalan batas teritorial. Dari persoalan ini pun kita dapat mengukur sejauh mana kekuatan peran diplomasi Indonesia dalam melindungi warga negara dan kedaulatan Republik Indonesia.

Belajar dari persoalan ini, ada baiknya para gadis dan orang tua jangan mudah terbuai oleh harapan kehidupan mewah, status ningrat dengan segala kemilau materi. Jauh sebelum kasus Manohara, tentu banyak kisah lainnya yang sempat tertulis atau hanya menjadi dongeng turun temurun yang dapat diambil sebagai bahan pertimbangan dalam memilih. Masih banyak jejaka-jejaka yang baik hati di negeri ini, masih banyak duda-duda keren bahkan sangat mapan juga dari segi materi.

Tujuan ke luar negeri bila berniat bekerja tentu mulia, hanya saja bila nasib buruk mendapatkan majikan berdarah dingin sudah pasti malapetaka akan menimpa, harapan dan mimpi akan sirna, boro-boro pulang senyum bawa ringgit, malah babak belur mata jadi sipit. Ingin cepat uang banyak dibawa, pulang malah berbadan dua.

Cita-cita ingin membahagiakan keluarga, pulangnya sudah dalam peti mati saja dan kedutaan cukup selesai dengan bunga belasungkawa.(mdb)

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Betapa indahnya Alam dan segala isinya yang penuh daya guna... foto adalah perwakilan dari sejarah, dari masa ke masa...

Followers