Minggu, 30 Mei 2010

Sumur Bor





Walau musim kemarau, terus mengalir sampai jauh...

Para Wartawan Gorontalo




Santai... berkumpul sejenak.

Pasir & Kerikil Gorontalo

Pulang




Pelan... semua akan berubah

Bila sadar segera kumpulkan

Raih untung

jangan terhenyak

Tak ingin sesal... rintih oohh pilu



Pelan... rapuh dan renta

Selalu basahi

agar tak rugi

Pedih semua rasa

ampun jasad binasa

Cepatnya lena menikam jiwa



Laju... hilanglah masa

Bergegas mimpi

Berkemas lalui sejumput nikmat

rangkailah sebelum pulang



M.Danial Bangu (May 2010)

Sebelum Semua Berakhir Buruk




Sebelum
semua berakhir buruk, penyakit harus segera disembuhkan. Walaupun pujangga Ronggowarsito mengatakan, Kalau tidak ikut edan atau gila, maka tidak akan kebagian. Namun bukankah ini zaman modern, dan penyakit gila dapat disembuhkan.

Negeri ini banyak menyimpan catatan kelam dari tumpulnya tindakan hukum bagi kalangan elit hingga carut marut kepentingan yang saling tarik menarik. Ibarat tarik tambang ‘rombongan’ yang kuat itulah pemenang. Rakyat kebanyakan bagaikan penonton yang dibuat bingung, bukannya mendapat suri teladan yang patut digugu dan ditiru, atau sikap legowo yang mampu menetralkan hiruk pikuk persoalan hukum yang memang sudah merembet pada jalur politik praktis, rakyat malah diajari kebohongan, kepalsuan tingkat tinggi, yang hanya menambah sikap antipati terhadap pemerintah secara keseluruhan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Apa yang terjadi saat ini, mengenai persoalan Bibit, Chandra dan kepolisian, kejaksaan serta semua pihak yang terkait lainnya, hakikatnya adalah buah busuk dari kemalangan masa lalu yang telah terbiasa dan terbentuk lalu berurat akar dengan istilah yang sudah fenomenal yakni Lingkaran Setan.

Perlahan masyarakat sudah mulai dapat beradaptasi dengan respon yang bahagia pada transparansi yang telah menjadi ruh perubahan di era reformasi, bertolak belakang dengan gaya orde baru. Di berbagai media, baik itu media cetak maupun elektronik, rakyat dengan leluasa secara bertanggung jawab ataupun tidak, dapat memberikan kritik dan saran bahkan caci maki yang sesungguhnya adalah bentuk dari kekesalan yang telah mencapai titik nadir. Orang-orang yang dulu apatis atau mungkin takut dengan tindakan brutal penguasa, para centeng dan aparat, kini mudah menyampaikan aspirasi bernada keras, sebagai kekuatan pendobrak lingkaran setan.

Masa orde baru walaupun dikatakan ada kebaikan pada masa itu, namun rakyat tidak akan lupa bermacam kasus korupsi, kolusi dan nepotisme di kalangan elit yang sampai detik ini tidak pernah jelas. Kasus paling heboh adalah perampok ulung 1,3 Triliun Edy Tansil dengan nama yang sebenarnya adalah Tan Tjoe Hong yang kabur atau sengaja dikaburkan awal Mei 1996.

Saat ini dan sepertinya masih akan terus berlarut-larut, lagi-lagi orang Indonesia keturunan etnis China menjadi tokoh utama dalam kasus-kasus tingkat tinggi yang disebut-sebut membawa-bawa nama RI 1. Entahlah, apakah ini sebuah ujian atau malapetaka bagi pemerintahan yang belum genap 100 hari ini.

Sebelum semua berakhir buruk, penyakit harus segera disembuhkan. Walaupun pujangga Ronggowarsito mengatakan, Kalau tidak ikut edan atau gila, maka tidak akan kebagian. Namun bukankah ini zaman modern, dan penyakit gila dapat juga disembuhkan.

Siapa gerangan yang dapat menyembuhkan orang-orang gila hormat, gila pangkat, jabatan, harta, bila yang mengetuk palu tanda gila pun sudah gila.(mdb)

Manohara dan Siti Hajar




Hingga
saat ini seakan tiada habis-habisnya informasi tentang Manohara terus diberitakan membanjiri layar kaca dan lembaran-lembaran koran, majalah maupun tabloid, dalam suguhan terkini ataupun kilas balik sang model yang dipersunting putra raja Kelantan. Para pemburu berita Manohara seakan seperti meminum air laut, semakin diminum semakin haus. Jadilah terasa kabar wanita cantik dengan tubuh putih mulus semlohai ini lebih populer dibanding berita jatuhnya pesawat Indonesia yang sudah uzur atau kurang gizi, penganiayaan terhadap TKW, Prita dan Omni, persoalan Ambalat atau bahkan mungkin saja telah mengalahkan hingar bingarnya berita pesta demokrasi pemilihan Presiden RI.

Manohara bagaikan sebuah magnet berkekuatan besar, terbukti kisahnya telah mampu menyedot jutaan pasang mata hingga tawaran akting dengan bayaran jutaan bahkan miliaran rupiah special baginya sudah di ambang pintu. Sudah tidak dapat dapat dihitung lagi berapa banyak production house yang menawarkan kerja sama dan sudah saling sikut. MD Entertainment yang telah menelurkan banyak artis papan atas, termasuk dalam antrian melamar wanita yang terlihat bongsor ini, (terlihat lebih tua dari umurnya).

Bila ditengok ke belakang, siapa yang dapat menyangka di balik kemewahan dan kehidupan yang serba wah! Di istana Kelantan bersama putra raja yang wajahnya innocent namun katanya memiliki kelainan sex yang cukup parah, Manohara menyimpan pedih luka yang dalam di balik senyumnya menemani aktivitas tengku Fahri.

Belum habis prahara rumah tangga antara Mano dan Fahri, dengan sewenang-wenang hidung Siti Hajar dimartil Michelle majikan Siti di Malaysia. Belum puas membuat remuk hidung Siti, disiram lagi wajah dan tubuh pahlawan devisa ini dengan air panas, maka tamatlah wajah cantiknya.

Penganiayaan juga dialami Manohara dengan pelaku utama adalah Fahri suaminya. Tubuh Manohara menjadi ajang sayatan silet, yang entah penyakit atau kelainan jenis apa yang diidap putra raja Kelantan itu.

Antara Mano dan Siti ada dua nasib yang sama yakni sama-sama dianiaya di Malaysia sana, hanya saja frekuensi kerugian, kepedihan dan masa depan sudah pasti berbeda. Penulis berani menuliskan hal tersebut, sebab semua bisa melihat dan menilai betapa kerusakan fisik terutama pada wajah Siti Hajar sangat memprihatinkan. Penulis tidak dapat melukiskan bagaimana suasana perihnya hati kedua anak Siti Hajar beserta saudaranya yang lain di Garut yang sejuk. Terlepas dari semua itu, berbagai kasus yang menimpa anak bangsa di negeri jiran, sesungguhnya merupakan pertaruhan harga diri, termasuk di dalamnya persoalan batas teritorial. Dari persoalan ini pun kita dapat mengukur sejauh mana kekuatan peran diplomasi Indonesia dalam melindungi warga negara dan kedaulatan Republik Indonesia.

Belajar dari persoalan ini, ada baiknya para gadis dan orang tua jangan mudah terbuai oleh harapan kehidupan mewah, status ningrat dengan segala kemilau materi. Jauh sebelum kasus Manohara, tentu banyak kisah lainnya yang sempat tertulis atau hanya menjadi dongeng turun temurun yang dapat diambil sebagai bahan pertimbangan dalam memilih. Masih banyak jejaka-jejaka yang baik hati di negeri ini, masih banyak duda-duda keren bahkan sangat mapan juga dari segi materi.

Tujuan ke luar negeri bila berniat bekerja tentu mulia, hanya saja bila nasib buruk mendapatkan majikan berdarah dingin sudah pasti malapetaka akan menimpa, harapan dan mimpi akan sirna, boro-boro pulang senyum bawa ringgit, malah babak belur mata jadi sipit. Ingin cepat uang banyak dibawa, pulang malah berbadan dua.

Cita-cita ingin membahagiakan keluarga, pulangnya sudah dalam peti mati saja dan kedutaan cukup selesai dengan bunga belasungkawa.(mdb)

The Power of Money




Saat zaman terus beranjak maju dan manusia sudah meninggalkan sistim barter, uang menjadi alat tukar yang istimewa dan memiliki kekuatan membolak-balikan peraturan, moral, Paling mengenaskan uang pun mampu menjungkir balikan harga diri. Sudah teramat banyak kasus dan kejadian di mana kekuatan uang menjadi tolak ukur, dan orang-orang yang dulu dihormati penuh sanjung dan puji, kini bagaikan ‘kucing basah’ di kursi pesakitan menunggu dentuman palu, selanjutnya merenda hari yang buram di terali besi.

Nama Burhanudin Abdullah menjadi sangat Top dari sebelumnya, Orang nomor satu yang pernah menjabat Gubernur BI (Bank Indonesia/gudangnya uang), harus rela meninggalkan istri cantik, anak-anak, mobil lux dan rumah mewahnya. Segala bentuk korupsi dalam tubuh BI menjadi catatan penting, betapa kekuatan uang sudah sedemikian parah, hingga mampu melepaskan ikatan kontrol fikiran, memutuskan saraf-saraf malu para elit bergaji besar ditambah aneka tunjangan yang semakin menyesakkan kolong jembatan. Atau mungkin gaji seratus jutaan setiap bulan untuk seorang pejabat tinggi BI masih dirasa belum cukup?

Dengan ditahannya pejabat tinggi BI beserta kroninya, terbongkarlah kebiasaan buruk BI yang telah terbiasa memberikan segepok uang panas kepada para anggota dewan perwakilan rakyat sejak zaman orde baru.

Rasanya semakin hari uang sudah sering mengganti posisi Tuhan dalam hati, Tidak sedikit orang-orang yang kehilangan iman menyembah setan demi mendapatkan uang dan kekayaan, Walaupun setan pesugihan dan setan kekuasaan tentu meminta syarat yang cukup berat dan sungguh edan. Sumanto dalam mendapatkan kekayaan lewat ilmu hitam tingkat tinggi, harus memakan mayat manusia, tak beda jauh dengan kasus Ryan, orang-orang yang dibunuhnya, harta korban ikut dirampok. Setan kekuasaan pun tidak tanggung-tanggung memberikan syarat bagi terkabulnya deal-deal jabatan yang akan mendatangkan banjir uang. Miliaran rupiah, tanah, anak atau bahkan harga diri istri sendiri harus tergadaikan untuk memenuhi syarat!

Indonesia yang masih terjerat uang utang luar negeri, harus merelakan kandungan minyak, gas dan emas dikelola oleh pihak asing. Dalam hal ini Amerika Serikat sangat berperan dalam berbagai monopoli kekayaan alam negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kekuatan uang dollar Amerika telah banyak membuat pejabat tinggi terutama di negeri ini rakus sehingga rakyat secara keseluruhan harus menanggung segala akibatnya, moril maupun materil. Segelintir orang-orang yang bermain dalam kekuasaan dengan harapan kucuran dollar, telah tertutup mata hatinya, putus urat saraf malunya dengan semerbak gaya hidup mewah, masih bisa tertawa dan tersenyum di depan kamera TV walau sudah dengan status tersangka atau masih sebatas saksi yang semuanya tentang KD (Ke Duit).

Masih tingginya inflasi serta lemahnya nilai tukar rupiah, arus globalisasi tetap deras meluncur dan mengoyak nilai-nilai luhur. Pembunuhan, Narkoba, pelacuran atau prostitusi dan korupsi, menuntut kesadaran kita untuk selalu waspada, agar jangan sampai menimpa diri dan keluarga yang merupakan amanah utama dari Allah Swt.

Dalam buku Jakarta Undercover hasil investigasi dengan fakta empiris dari Moammar Emka, terkuak betapa makin hancurnya moral oleh kekuatan uang yang menjanjikan kehidupan glamour. Sedikit demi sedikit, apa yang diungkap Moammar sudah ada dan terlihat gejalanya di banyak kota di Indonesia. Bila dalam buku Moammar Emka tercatat banyaknya pelacur berkebangsaan asing, kini para pelacur datang dengan kedok kaum intelektual memburu uang dengan pesona dan trik tersendiri, intelektual telah dikalahkan libido kebinatangan liar dan ambisi untuk mendapatkan uang dengan cara instant, walau beresiko datang atau menyebarnya penyakit. Hari demi hari akan dipastikan menggurita, mencabik sendi-sendi agama, adat dan budaya.(mdb).

 http://www.lintas.me
Rabu, 05 Mei 2010

Pemandangan Alam Pantai Menuju Kota Gorontalo


About Me

Foto saya
Betapa indahnya Alam dan segala isinya yang penuh daya guna... foto adalah perwakilan dari sejarah, dari masa ke masa...

Followers